Selasa, 12 Januari 2010

seni ornamen ukiran telor sebagai penunjang daya tarik wisata di Bangli

Desa Cempaga merupakan salah satu Desa yang terletak di Kabupaten Bangli. Desa Cempaga sendiri terletak 2 km dari pusat kota Bangli dan sekitar 40 km dari Kota Denpasar. Secara Geografis letak Desa Cempaga berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara : Kelurahan Kubu (Kecamatan Bangli)
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Kawan (Kecamatan Bangli)
3. Sebelah Timur : Desa Jehem (Kecamatan Tembuku)
4. Sebelah Barat : Desa Sulahan (Kecamatan Susut)
Desa Cempaga memiliki luas wilayah 589 Hektar yang terdiri dari tanah persawahan 115 hektar, tanah kering 301 hektar, tanah basah 3,50 hektar, tanah perkebunan 125 hektar, tanah fasilitas umum 4,52 hektar, dan tanah hutan 5 hektar.

Sejarah Singkat Seni Ornamen Ukiran Telor

Pada jaman Bali Kuno tepatnya dalam prasasti Abang yang berangkakan tahun 833 caka (811 masehi) terdapat kata-kata “ Samgat Culpika” yang artinya “Ahli Pemahat” dan di belakangnya terdapat tulisan Bali Kuno yang berbunyi “ Caka 933 Wulan Possa Da Rggas Pasar Wijaya Manggala (TA) – (LA) Mpu Bga Anantah”, yang memiliki arti “Tahun saka 933 Bulan Posya Hari Pasaran Wijaya Manggala ketika itu Empu Bga Memahat”. Dari petunjuk tersebut diketahui bahwa pada jaman Bali Kuno telah terdapat seniman-seniman dan berbagai kerajinan seni seperti kerajinan memahat, membuat topeng, keramik, menenun, emas, perak dan lainnya.
Dari jaman Bali Kuno berbagai jenis kesenian timbul dengan corak dan media yang sangat beragam. Salah satunya adalah Seni Ornamen Ukiran Telor yang menggunakan telor kaswari dan telor unta sebagai media ukiran. Seorang pengerajin yang berasal dari Desa Cempaga yang bernama I Ketut Lebah (Alm) adalah pelopor seni ukir yang berhasil mengembangkan bakatnya dengan hasil karyanya berupa Seni Ornamen Ukiran Telor di Kabupaten Bangli.
Tahun 1935 ketika itu dalam usianya 29 tahun, Lebah (alm) mulai meninggalkan kampong halamannya untuk berguru kepada I Gusti Made di Gerenceng, Badung. Ketika itu Gerenceng merupakan salah satu di antara kantong kesenian penting di Bali, terutama seni pahat dengan perguruan di Puri Gerenceng, Badung. Di perguruan itulah bakat seni Lebah terasah.
Seni Ornamen Ukiran Telor sendiri mulai berkembang pada jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1935. Pada awalnya telor burung Kaswari ini dibawa oleh orang Cina yang berdomisili di Indonesia yang bernama Chukong. Ketika itu orang Cina tersebut datang dengan tujuan untuk dibuatkan Kesenian yang bermediakan telor burung Kaswari.
Pada tahun 1978 telor burung Kaswari mulai mengalir lagi dan dengan kedatangan telor tersebut merupakan puncak peningkatan produksi dari pengerajin. Hal tersebut sangat menunjang keberhasilan dari hasil karya tersebut.
Perkembangan seni tersebut tidak berjalan dengan baik. Sampai saat ini pewaris yang masih menggeluti seni tersebut hanya dua orang yaitu Nyoman Tanggap(alm) dan anaknya Nyoman Sukanta yang merupakan cucu dari Ketut Lebah sendiri.

4.3 Potensi Yang Dimiliki Seni Ornamen Ukiran Telor Sebagai Penunjang Daya Tarik Wisata

4.3.1 Potensi Fisik
4.3.1.1 Proses Pembuatan
Proses pembuatan Seni Ornamen Ukiran Telor sendiri dapat dikatakan memiliki tingkat kerumitan tersendiri karena memerlukan ketelatenan dan konsentrasi tinggi. Secara umum proses pembuatannya dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain sebagai berikut.
1. Proses Pengeluaran Isi
Proses awal yang dilakukan adalah mengeluarkan isi telor tersebut. Untuk mengeluarkan isi dari telor yang akan diukir pertama pengerajin melubangi bagian bawah dari telor itu. Selanjutnya dari lubang yang dibuat tersebut pengukir menghancurkan isi dari telor menggunakan lidi atau bahan lainnya yang ukurannya tidak terlalu besar. Setelah proses tersebut kemudian dilanjutkan mengeluarkan isi telor dengan bantuan alat penyedot berupa jarum suntik besar.


2. Proses Penyeketan
Setelah proses pengeluaran isi dilakukan kemudian dilanjutkan dengan proses penyeketan awal dengan menggunakan pensil agar jika ada kesalahan dalam menggambar dapat dihapus. Proses selanjutnya dilakukan penyeketan dengan pensil dan kemudian dilanjutkan dengan proses pengoretan secara tipis menggunakan pisau dengan tujuan sket awal tidak terhapus pada saat finishing.

3. Proses Akhir
Setelah proses pengoretan selesai kemudian bentuk dasar atau ”bakalan” yang sudah selesai akan dilanjutkan dengan proses pengukiran secara mendetail sesuai dengan bentuk relief atau ornamen yang diinginkan.
Dengan berakhirnya proses mengukir atau ”nyawi” tersebut maka dilanjutkan dengan melubangi pada bagian-bagian dari bentuk-bentuk ornamen atau pada bagian reliefnya. Mengingat tekstur telor kaswari yang tipis maka hal tersebut dilakukan bertujuan agar detail yang ditimbulkan pada ukiran lebih nyata dan timbul.

Proses awal sampai akhir mengukir telor tersebut membutuhkan waktu rata-rata dua sampai tiga bulanan tergantung cerita yang akan diangkat karena setiap cerita memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.

4.3.1.2 Bahan Baku
Telor burung Kaswari merupakan bahan utama yang sering digunakan untuk kesenian ini selain telor burung unta yang memiliki tekstur sama. Hal tersebut dikarenakan tekstur kulit luar dari telor burung tersebut sangat berbeda dengan tekstur kulit telor lainnya. Dengan ketebalan yang dimiliki oleh kulit telor tersebut sehingga mendukung proses pengerutan atau pengukiran dapat dilakukan.
Telor burung kaswari sebagai bahan utama yang digunakan tersebut langsung didatangkan dari daerah asalnya Irian Jaya dan Australia, mengingat burung tersebut hanya terdapat di daerah tersebut. Selain telor burung Kaswari sendiri bahan baku lain yang digunakan adalah telor burung Unta yang didatangkan dari Kupang dan Jerman. Bahan baku tersebut biasanya dibawa langsung oleh pemesan kepada pengerajinya.
Dari tahun ketahun perkembangan dan pemesanan seni ukiran telor semakin meningkat seirama dengan perkembangan Pariwisata. Mengingat keberadaan bahan baku telor burung kaswari dan burung unta sendiri merupakan satwa yang dilindungi menjadi hambatan tersendiri bagi perkembangan seni ukiran tersebut kedepannya.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat dapat berpengaruh kepada pengadaan bahan baku yang digunakan. Dewasa ini banyak pengerajin yang menggunakan telor sebagai bahan dasar kerajinannya beralih menggunakan telor yang dibuat oleh manusia. Namun begitu juga nilai dari hasil kerajinannya tidak sama dengan dengan hasil karya yang menggunakan bahan baku telor burung kaswari atau burung unta.

4.3.1.3 Teknologi atau Alat yang Digunakan
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju tidak membuat pengerajin seni ornamen ukiran telor di Bangli untuk beralih menggunakan alat-alat modern seperti halnya pengerajin ukiran telor di daerah lain. Pengerajin sendiri memilih tetap menggunakan alat-alat karena hasil yang diperoleh akan sangat berbeda dengan menggunakan mesin. Adapun alat-alat yang digunakan terbilang sangat sederhana disamping tidak menggunakan mesin alat yang digunakan berupa pisau kecil atau “pengutik”. Seperti pengerajin ukiran pada umumnya yang menggunakan pahat dan palu, proses pembuatannya sendiri tidak dipahat melainkan diraut dikarenakan tekstur kulit telor tersebut sangat tipis sehingga apabila dipahat dapat merusak telor tersebut dan hancur. Hal tersebut yang menjadikan seni ukiran yang khas.

4.3.2 Potensi Non Fisik
Dalam penataan ornamen ukiran telor, hal yang sangat diperhatikan adalah adanya pembagian bidang untuk ornamen itu sendiri agar terwujudnya susunan yang serasi.
Hiasan atau ornamen yang digunakan dalam kesenian ini tidak sembarang mengangkat cerita-cerita. Adapun cerita-cerita yang diangkat adalah cerita-cerita pewayangan seperti cerita Mahabrata, Ramayana, Tantri, Suta Soma dan cerita lainnya yang mengandung filosofi keagamaan. Adegan-adegan yang digambarkan mengambil dari beberapa tokoh yang perlu diteladani. Selain itu juga motif-motif dan ornamen- ornamen yang digunakan beraneka bentuknya. Ornamen-ornamen yang biasa digunakan seperti pepatran, keketusan, dan kekarangan.
Disain dan cerita-cerita yang diangkat memiliki filosofi yang nantinya diharapkan dapat diteladani dan digunakan oleh para penikmat seni tersebut.

4.4 Persepsi Wisatawan Terhadap Seni Ornamen Ukiran Telor
Persepsi wisatawan terhadap seni ornamen ukiran telor yang akan dikaji adalah meleputi :
1. kualitas barang
2. harga barang
3. lokasi
4. transportasi